Monday, May 31, 2010

St. Elmo's Fire

Fenomena St. Elmo's Fire di atas Srilanka (22 April 2010). Terlihat kilatan cahaya yang bergesek dengan pesawat kami, kilatan cahaya terlihat di kaca depan. Gambar kurang jelas karena hanya memakai kamera HP. Subhanallah!



Apa itu St. Elmo's fire bisa dibaca di:
http://en.wikipedia.org/wiki/St._Elmo%27s_fire

Salipan Pesawat

Di ruang udara ada semacam jalan imajiner yang dilalui pesawat yang dikenal dengan airways. Jadi pesawat tidak terbang sembarangan, mereka seringkali mengikuti airways tersebut. Mereka bisa saja offset atau keluar jalur dengan berbagai alasan dan izin pengontrol, misalnya menghindari cuaca jelek dan awan.


Jadi adalah hal yang biasa didunia penerbangan bersalipan atau sisipan dengan pesawat lain dijalur yang sama.

Supaya tidak bertabrakan maka dibuat saling silang ketinggiannya. Misalnya ke Barat ketinggian genap (24000, 26000, 28000 kaki dst), sementara ke Timur ketinggiannya ganjil (25000, 27000, 29000 kaki dst).

Wednesday, May 26, 2010

Kiat Sukses Deniek G. Sukarya dalam Fotografi dan Stok Foto


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Arts & Photography
Author:Deniek G. Sukarya
Baru-baru ini saya membeli salah satu buku tulisan Deniek Sukarya berjudul “Kiat Sukses Deniek G. Sukarya” cetakan ke-3 (Februari 2010) setelah saya memutuskan untuk pasif atau setengah vakum untuk urusan jepret-menjepret. Disaat saya mungkin sudah agak jenuh dengan kegemaran fotografi ini, saya tertarik pada tulisan di halaman awal, buku ini dipersembahkan untuk pecinta fotografi dengan harapan akan bisa bermanfaat sebagai pemandu dalam menjelajahi dunia fotografi yang sangat menyenangkan, baik sebagai profesi maupun hobi seumur hidup.

Membuka lebih jauh lagi buku ini memang menyuguhkan sisi lain dari lebih dari sekedar fotografi sebagai hobi atau pekerjaan. Disertai dengan gambar-gambar full color yang “hidup” hasil karya Deniek diberbagai kesempatan, seolah kita diajak berpetualangan ke berbagai tempat indah di Nusantara dan belahan lain didunia.

Foto-foto yang ada didalam buku ini dicetak dikertas yang berkualitas dilengkapi dengan data teknis, jenis kamera dan lensa. Walaupun menurut saya data teknisnya masih kurang detail, tapi cukup untuk mengobati rasa penasaran pembaca awam seperti saya. Sebenarnya bukan hanya kemampuan teknis saja yang diperlukan oleh seorang fotografer, tapi juga jiwa seni, perspektif memandang suatu gambar hidup, keberuntungan, dan tentu saja gear yang mumpuni. Dan semua itu ada pada karya foto Deniek G. Sukarya yang khas.

Kiat-kiat praktis memperoleh hasil jepretan yang maksimal juga dituang dibuku ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Rahasia teknis khas dan pendekatan pribadi yang menjadi dasar pertimbangan kreatif Deniek dalam menciptakan foto yang memikat terdapat disini ini.
Begitu pula petunjuk informasi mengenai stok foto sangat berguna bagi fotografer yang menggeluti bidang ini.

Tip dan trik ditulis dengan asumsi para pembaca sudah mengerti tentang foto, paling tidak mengerti konsep “The exposure triangle”. Jadi buat yang baru belajar fotografi jangan berharap pelajaran detail dasar-dasar fotografi pada buku ini. Walau begitu ulasan global dasar fotografi disertakan secara minimalis. Pun olah digital secara umum dalam fotografi juga dibahas dalam 16 halaman berikut foto. Sebagai fotografer senior Deniek tidakmengharamkan proses olah digital seperlunya. Menurutnya program pengolah foto semacam Adobe PS adalah alat yang sangat dahsyat yang seharusnya dipergunakan secara bijaksana dan terkontrol.

Ada juga cerita dibalik pengambilan foto-foto pemandangan, yang menurut saya hal seperti ini lebih menarik untuk dibaca daripada analisa teknis suatu foto. Saya juga setuju dengan pendapatnya bahwa komposisi foto yang bagus adalah komposisi yang pas di hati.

Ada satu pertanyaan yang mengganjal saya, kenapa ada salah satu merk kamera yang hampir tidak pernah ditongolkan nama/merknya dalam data foto-foto dalam buku ini?. Hanya disebut SLR/DSLR pada model kamera. Tapi kemudian terjawab pada hal. 65, Dimana Deniek harus mengganti merk tersebut dengan merk lain karena hal teknis. Sebagai seorang professional dibidangnya dia perlu mengikuti kemajuan teknologi dengan mengejar besaran pixel maksimal (full frame) yang menjadi tuntutan pasar. Untuk itu tidak bisa setengah-setengah untuk menggantinya harus menyeluruh. Dan tentu saja barangkali -menurut saya- tuntutan kontrak dengan produsen kamera yang jadi sponsornya.

Buat saya yang awam (baca: amatir) dan hanya menjadikan fotografi sebagai kesenangan, buku ini saya anggap sangat cocok untuk dibaca, dikoleksi dan dinikmati gambar-gambar indah didalamnya baik sebagai referensi atau inspirasi. Terbukti saya kembali bergairah untuk hunting dan berfoto-foto lagi kendati downgrade ke kamera pocket prosumer.

Judul Buku: “Kiat Sukses Deniek G. Sukarya Dalam Fotografi Dan Stok Foto”
Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia
Tebal: 168 halaman
Harga: Rp148.000- (Sekarang lagi sale di Gramedia jadi Rp129ribuan)

Tuesday, May 25, 2010

Pelajaran Kesetiaan Pak Habibie


Sabtu (22 Mei 2010) sore dapat tugas mendadak penerbangan charter ke Munchen. Sudah terlintas dibenak saya pasti membawa pulang rombongan keluarga BJ Habibie pulang ke Indonesia, dikabarkan di TV tadi siang bahwa Ibu Ainun Habibie dalam kondisi kritis pasca operasi-operasi melawan kanker selama dua bulan di RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munich. Tak lama kemudian diberitakan bahwa Ibu Hj. Hasri Ainun Habibie wafat pukul 22.35 WIB.

Penjemputan keluarga mantan presiden RI ke-3 atas prakarsa pemerintah yang dikoordinasi oleh wapres. Kami berangkat Minggu malam. Perjalanan ke Munich memakan waktu hampir 13 jam, kami hanya membawa kerabat dekat keluarga Habibie, petugas protokoler, operasi dan teknik penerbangan. Sesampai di bandara Munich kami transit kurang lebih dua jam. Menunggu rombongan dan peti jenazah. Kemudian bertolak, lepas landas lagi menuju bandar udara Halim Perdanakusuma di Jakarta.


Tidak ada yang peristiwa istimewa dalam perjalanan dinas ini kecuali satu hal, kesetiaan Bapak Habibie untuk terus dekat dengan istrinya Ibu Hasri Ainun. Selama dalam perjalanan pulang beliau tidak mau jauh dari almarhumah Ibu Ainun. Bahkan ketika pesawat terguncang oleh cuaca yang kurang baik diatas udara India, Pak Habibie terlihat memeluk peti jenazah itu sesekali mengelus-elusnya. Beberapa awak kabin matanya berkaca-kaca menyaksikan adegan haru tersebut.


Belakangan saya dengar dari Pak Dubes, ternyata beliau juga tidak mau menunggu di lounge VIP selama di bandara Munich tetapi ingin terus berada didekat jenazah istrinya.

Saya juga melihat sendiri saat peti jenazah berselimut bendera merah putih itu diturunkan di Halim Perdanakusuma, Pak Habibie terus mengikuti sampai masuk kedalam ambulans yang membawa ke kediamannya di Patra Kuningan. Kesetiaan seumur hidup yang sulit ditandingi.

Kesan saya selama penerbangan, keluarga dan kerabat Bapak dan Ibu BJ Habibie adalah orang-orang yang bersahaja untuk ukuran mantan orang no. 1 di negeri ini. Jauh dari publikasi negatif dan ambisi-ambisi politik. Mereka juga keluarga santun, menghormati sesama dan sayang pada keluarga. Tentu saja hal ini pasti tidak lepas dari pendidikan keduanya terutama Ibu Hasri Ainun –yang menurut Habibie, salah satu dari dua wanita yang berjasa dalam hidup setelah Ibunya-


Selamat jalan Ibu Hasri Ainun doa kami menyertaimu.

Kliping :
Kompas cetak 30 Mei 2010 Hal.1
SEPERCIK KENANGAN
Oleh Ninok Leksono

Kompas cetak 02 Desember 2010 Hal.1
Tulisan Ninok Leksono tentang peluncuran buku Habibie-Ainun karya BJ Habibie





Thursday, May 13, 2010

Greeting From Ranu Kumbolo


Selamat pagi Ranu Kumbolo!

Foto-foto ke Semeru (Ranu Kumbolo tahun kemarin Agustus 2009) kelupaan baru diupload ke MP.

Pemandangan pagi Ranu Pani, Lumajang diketinggian 2,119 m dari permukaan laut

Start bersama rekan-rekan Nikkapala dari pos Ranu Pani


Istirahat, sejenak dengan latar belakang savana "Pangonan Cilik"



Seorang MTB'er beraksi downhill menuruni Bukit Tanjakan Cinta. Start dari ketinggian sekitar 2469 dpl turun ke Ranu Kumbolo 2,390 dpl

 Matahari sudah tinggi, namun kabut enggan menyingkir dari campsite. Pantes udaranya lebih dingin dilembah.

Seorang rekan mengambil foto matahari terbit.

Suasana campsite Ranu Kumbolo yang masih diselimuti kabut.

Matahari sudah tinggi, namun kabut enggan menyingkir dari campsite. Pantes udaranya lebih dingin dilembah.


Team Nikkapala berdoa sebelum melanjutkan ke Kalimati, sesuai surat jalan. Quota ke puncak 500 orang sudah terpenuhi. Beruntung di Kalimati tiga orang bisa ke puncak Mahameru menggantikan quota yang batal.

Upacara bendera 17 Agustus 2009 diikuti segenap komunitas-komunitas pecinta alam

 Tranquil and Peace

I Love The Blue of Indonesia

Pemandangan bukit bukit kering Agustus dari dalam "losmen" di sekeliling Ranu Kumbolo

Reflection

Air kehidupan ranu dipakai buat minum, mandi, masak, mancing dan berenang :)