Tuesday, May 25, 2010

Pelajaran Kesetiaan Pak Habibie


Sabtu (22 Mei 2010) sore dapat tugas mendadak penerbangan charter ke Munchen. Sudah terlintas dibenak saya pasti membawa pulang rombongan keluarga BJ Habibie pulang ke Indonesia, dikabarkan di TV tadi siang bahwa Ibu Ainun Habibie dalam kondisi kritis pasca operasi-operasi melawan kanker selama dua bulan di RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munich. Tak lama kemudian diberitakan bahwa Ibu Hj. Hasri Ainun Habibie wafat pukul 22.35 WIB.

Penjemputan keluarga mantan presiden RI ke-3 atas prakarsa pemerintah yang dikoordinasi oleh wapres. Kami berangkat Minggu malam. Perjalanan ke Munich memakan waktu hampir 13 jam, kami hanya membawa kerabat dekat keluarga Habibie, petugas protokoler, operasi dan teknik penerbangan. Sesampai di bandara Munich kami transit kurang lebih dua jam. Menunggu rombongan dan peti jenazah. Kemudian bertolak, lepas landas lagi menuju bandar udara Halim Perdanakusuma di Jakarta.


Tidak ada yang peristiwa istimewa dalam perjalanan dinas ini kecuali satu hal, kesetiaan Bapak Habibie untuk terus dekat dengan istrinya Ibu Hasri Ainun. Selama dalam perjalanan pulang beliau tidak mau jauh dari almarhumah Ibu Ainun. Bahkan ketika pesawat terguncang oleh cuaca yang kurang baik diatas udara India, Pak Habibie terlihat memeluk peti jenazah itu sesekali mengelus-elusnya. Beberapa awak kabin matanya berkaca-kaca menyaksikan adegan haru tersebut.


Belakangan saya dengar dari Pak Dubes, ternyata beliau juga tidak mau menunggu di lounge VIP selama di bandara Munich tetapi ingin terus berada didekat jenazah istrinya.

Saya juga melihat sendiri saat peti jenazah berselimut bendera merah putih itu diturunkan di Halim Perdanakusuma, Pak Habibie terus mengikuti sampai masuk kedalam ambulans yang membawa ke kediamannya di Patra Kuningan. Kesetiaan seumur hidup yang sulit ditandingi.

Kesan saya selama penerbangan, keluarga dan kerabat Bapak dan Ibu BJ Habibie adalah orang-orang yang bersahaja untuk ukuran mantan orang no. 1 di negeri ini. Jauh dari publikasi negatif dan ambisi-ambisi politik. Mereka juga keluarga santun, menghormati sesama dan sayang pada keluarga. Tentu saja hal ini pasti tidak lepas dari pendidikan keduanya terutama Ibu Hasri Ainun –yang menurut Habibie, salah satu dari dua wanita yang berjasa dalam hidup setelah Ibunya-


Selamat jalan Ibu Hasri Ainun doa kami menyertaimu.

Kliping :
Kompas cetak 30 Mei 2010 Hal.1
SEPERCIK KENANGAN
Oleh Ninok Leksono

Kompas cetak 02 Desember 2010 Hal.1
Tulisan Ninok Leksono tentang peluncuran buku Habibie-Ainun karya BJ Habibie





No comments: