Dua minggu lalu aku berkenalan dengan Abdullah bin Salman di atas pesawat dari Jeddah menuju Jakarta. Anak muda enerjik ini berangkat liburan ke Indonesia. Entah mungkin terkesan dengan cerita orang atau jatuh cinta pada kunjungan yang pertama, liburannya ini adalah kunjungan keduanya ke Indonesia. Dia yakinkan orang tua dan saudaranya untuk ikut serta. Abdullah sempat mengenyam pendidikan penerbangan di Kuala Lumpur dan sekarang berprofesi sebagai salah satu Air Traffic Controller atau pengatur lalu lintas udara di Bandara King Abdul Aziz di Jeddah, Arab Saudi.
Diatas pesawat dengan antusias dia sudah merencanakan liburannya selama dua minggu di Bandung, dan sekitarnya. Dia tunjukkan dari gadgetnya daftar itinerary dan situs-situs berbahasa arab obyek wisata yang akan dituju selama disana. Sekilas saya lihat ada Taman Cibodas, Tangkuban Perahu, Taman safari, taman buah Mekarsari dan Bandung. Pasti bakal padat acaranya. Saya sempat tawari untuk berkeliling Jakarta di hari kedatangan itu, tapi rupanya dia langsung menuju puncak sesuai rencananya.
Dua minggu berselang, saya mendapat tugas berangkat lagi ke Jeddah. Di ruang tunggu penumpang kami disapa oleh Abdullah yang juga akan pulang dengan pesawat yang sama. Wow, kebetulan yang luar biasa.
Kami kembali ngobrol di perjalanan menuju Jeddah. Saya tanyakan tentang liburannya, sepertinya acaranya sukses. Kemudian salah seorang teman menanyakan bagaimana kesan-kesannya selama di Indonesia. Tanpa basa-basi Abdulah menjawab, “Saya suka alamnya tapi tidak suka dengan system birokrasi /administrasi dan kemacetannya”. Abdullah tidak cerita detail tentang kekecewaannya, tapi saya berasumsi pasti tentang pungli, korupsi dan semacamnya.
Pengalamanku saat ditanya orang luar,”How do you like my country?”
Seringkali saya menyenangkan orang tersebut dengan menjawab : No, I don’t like it … sengaja saya berhenti sejenak melihat reaksi mukanya. Kemudian meneruskan : But I love it! dan kamipun tertawa. Padahal dalam hati apa bagusnya sih negara ini tanpa pohon kelapa, pohon pisang, gunung-gunung dan pantai pasir putih? Yang ada hanya menonjolkan infrastruktur dan sistem keteraturan. Justru ketertiban dan keteraturan inilah yang bisa dipakai sebagai nilai jual negara lain.
Kembali ke Abdullah, berbeda dengan anak muda arab yang lain, Abdullah anak muda yang santun dan jujur. Benar, walaupun sebentar mengenal dia tetapi aku bisa menilainya. Kesannya tentang Indonesia yang diungkapkan tanpa basa-basi memang begitu adanya, dan aku sangat setuju dengannya. Kalau kita tidak berubah, wisatawan-wisatawan seperti dia cukup sekali dua kali saja datang ke Indonesia karena kecewa dan kesal dengan apa yang telah dialami.
No comments:
Post a Comment