Sunday, April 17, 2011

Khairunnas Anfa’uhum Linnas

Menurut Emha Ainun Nadjib ada 5 kategori manusia : Manusia wajib, manusia sunnah, manusia mubah, makruh dan manusia haram.

Manusia wajib ditandai jikalau keberadan sangat bermanfaat buat orang lain. Tanda-tanda yg nampak dari seorang manusia wajib diantara dia seorang pemalu jarang mengganggu orang lain sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku keseharian lebih banyak kebaikannya. Ucapan senantiasa terpelihara, ia hemat betul kata-kata sehingga lebih banyak berbuat daripada berbicara. Sedikit kesalahan tak suka mencampuri yang bukan urusannya dan sangat nikmat kalau berbuat kebaikan. Hari-hari tak lepas dari menjaga silaturahmi sikap penuh wibawa penyabar selalu berterima kasih penyantun lemah lembut bisa menahan dan mengendalikan diri serta penuh kasih sayang. Perilaku 'manusia wajib' membuat hati orang di sekitar tercuri, Kata-katanya akan senantiasa terngiang-ngiang. Keramahan pun benar-benar menjadi penyejuk bagi hati yg sedang membara. Jikalau orang yang berakhlak mulia ini tak ada, maka siapapun akan merasa kehilangan dan terasa ada sesuatu yg kosong di qolbu ini.

Orang yang sunah keberadaan bermanfaat tetapi kalau pun tak ada tak tercuri hati kita. Tidak ada rongga qolbu yang kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin karena kedalaman dan ketulusan amal belum benar-benar dari lubuk hati yang paling dalam.

Manusia yang mubah ada atau tidak tak berpengaruh bagi orang lain. Di kantor kerja atau bolos sama saja. Seorang yang ketika ada di rumah keadaan menjadi berantakan dan kalau tak adapun tetap berantakan. Inilah manusia mubah. Ada dan tiada tak membawa manfaat tak juga membawa mudharat.

Adapun orang yang makruh keberadan justru membawa mudharat. Kalau dia tidak ada maka tak berpengaruh. Semisal ada seorang ayah sebelum pulang dari kantor suasana rumah sangat tenang tetapi ketika klakson dibunyikan tanda sang ayah sudah datang anak-anak malah lari ke tetangga ibu cemas dan pembantu pun sangat gelisah. Inilah seorang ayah yang keberadaannya menimbulkan masalah.

Lain lagi dengan orang bertipe haram keberadaan malah dianggap menjadi musibah sedangkan ketiadaan justru disyukuri. Jika dia pergi ke kantor perlengkapan kantor pada hilang, kerjanya korupsi sendiri, suka marah-marah pula. Maka ketika orang ini dipecat semua karyawan yg ada malah mensyukurinya.

Sebaik-baiknya manusia ternyata derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana diri punya nilai manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda “Khairunnas anfa’uhum linnas”
“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yg paling banyak manfaat bagi orang lain.” Hadits ini seakan-akan mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauh mana derajat kemuliaan akhlak kita maka ukurlah sejauh mana nilai manfaat diri ini.

No comments: