Monday, September 21, 2009

Ketoprak Lebaran

Seorang teman menjadi expatriat di Inggris menyatakan di status Facebooknya “I will neither be satay padang'ing at my parents' nor ketupat pitalah'ing at my in-laws'. Lebaran away from family is sad, but love is still all around...”

Saya jawab japri ke inbox, bahwa keadaan saya tahun ini lebih menyedihkan. Saya harus berlebaran sendirian di Tangerang sementara anak-anak dan istri berada di Jawa Timur. Lebih parah lagi pas hari H lebaran tanggal 20-22 September  2009 saya harus masuk kerja. What a sad life... !
Ternyata nggak cuman saya aja yang bernasib tragis seperti itu, beberapa teman dan saudara juga mengalami hal yang sama. Untung ada facebook, MP dan jejaring sosial dunia maya. Kita bisa berbagi dan saling menguatkan disitu.

Saya pernah mengalami hal yang lebih tidak meng-enakkan lagi dulu di negri orang. Nggak cuman puasa dan  berlebaran sendiri di negara paman Sam, tapi pernah juga sakit demam lalu pergi sendiri mengayuh sepeda ke salah satu puskesmas di San Lorenzo, CA di bulan Ramadhan.  Waktu itu belum ada HP apalagi internet, mau share sama siapa ??. Pengalaman sedih tak terlupakan.

Dari semalaman takbiran sampai subuh aku gak tidur sama sekali di rumah Leo (sepupu), akhirnya aku putuskan untuk pulang dan sholat Ied di dekat rumah aja-lah.  Pagi cerah itu sholat Ied di masjid raya Al Azhom sudah mengubah semua rencana bersilahturahmi ke sanak saudara. 
Salah satu pejabat pemerintah sempat membacakan sambutan Hari Raya Idul Fitri, yang isinya sebagian berisi keberhasilan pembangunan dimasa jabatannya. Kok sempat-sempatnya beriklan sih Pak. Ya,sudahlah saya sudah memaafkannya.

Kontras dengan pidato pejabat yang barusan, ceramah selanjutnya yang disampaikan oleh Pak Ustadz adalah kegagalan negeri ini. Baru kali ini saya mendengar ustadz berceramah sambil sesenggukan karena tangis sambil sesekali terdiam lama, panjang lebar bercerita tentang kebobrokan sendi-sendi masyarakat kita, miris juga hati ini mendengarnya.
Ditengah khotbah saya mulai mengambil posisi dibelakang masjid yang penuh dengan pedagang makanan. Maksudnya supaya tidak terjebak kerumunan bubaran orang.


Sambil tetap mendengarkan khotbah saya menikmati ketoprak lebaran. Kok bukan ketupat siihh.
Ahhh... nggak masalah ketoprak juga lontongnya dari ketupat kan? Yang penting sarapan karena dirumah nggak ada makanan dan sebentar lagi saya harus berangkat bekerja. 
Saya setuju dengan temen yang di rantau, walaupun tanpa ketupat lebaran, but love is still around. Enjoy aja...

No comments: